Tarbiyah dan Pembentukan Kader Dakwah
Rijalud dakwah atau
kader dakwah adalah seseorang yang telah tertarbiyah secara intensif sehingga
memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah. la juga
berpotensi menjadi anashirut taghyir atau agen perubah di tengah-tengah
masyarakat.
Oleh karena ia akan
melakukan kerja besar yakni merubah masyarakat ke arah yang lebih baik dan
islami, maka ia harus memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan
masyarakat pada umumnya. Tidak semua or-ang harus atau dapat menjadi kader
karena jumlah kader biasanya lebih sedikit dibandingkan para pendukung atau
masyarakat umum. Hal tersebut nampak dalam firman Allah di QS. 33:23, "Di
antara orang-orang mukmin itu ada rijal (kader) yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara
mereka ada pul yang sedang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun ia\ merubah
janjinya."
Ya, para kader dakwah
adalah mereka yang telah siaj berjuang dan berkurban dengan jiwa, raga dan
seluruh hartc benda serta potensi yang mereka miliki seperti tergambai dalam
QS. At Taubah ayat 11, "Sesungguhnya Allah telal membeli dari orang-orang
mukmin, diri dan harta mereka dengar balasan surga untuk mereka. Mereka
berperang dijalan Allah, lali mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi
janji yan% benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al Quran. Dan siapakah
yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar."
Dan sesungguhnya tugas
dakwah yang berat ini hanya dapat diemban oleh para kader yang membelanya
secara maksimal serta siap memberikan jiwa, raga, harta dan seluruh potensi
yang dimilikinya. la mengusahakan segala sesuatu dengan penuh kesungguhan dan
keseriusan hanya untuk dakwah.*}iwa raganya sudah menyatu dengan dakwah dan
cita-citanya tak lain hanyalah kemajuan dan kebesaran dakwah.
Kader-kader dakwah
sebagai penerus tongkat estafeta dakwah tidak bisa tidak harus memiliki karakter-karakter
yang istimewa seperti berikut ini:
1.
Pemahaman Islam
yang benar dan menyeluruh dari al Quran dan as Sunnah.
2.
Keikhlasan yang
tinggi sehingga ia menjadi pembela fikrah dan aqidah serta bukannya pembela
kepentingan dan keuntungan pribadi.
3.
Lebih mengutamakan
bekerja dari berbicara
4.
Menunjukkan
totalitas dalam dakwah
5.
Selalu siap
berjihad dalam rangka menegakkan syari'at Allah
6.
Siap berkurban
dengan segala potensi yang dimilikinya.
7.
Memiliki
ketegaran untuk mencapai cita-cita dakwah sekalipun harus menempuh perjalanan
dakwah yang panjang, berat dan berliku.
8.
Selalu taat
kepada qiyadah dan jamaah
9.
Tsiqqah kepada
qiyadah dan jamaah.
10. Selalu memelihara kemurnian ukhuwwah yang berdiri di atas
landasan kasih sayang dan saling mencintai. Syaikh Hasan al Banna menggambarkan
karakteristik
kader dakwah yang beliau
inginkan: "rijalul qaul (orang yang pandai berbicara) tidak sama dengan
rijalul 'amal (orang yang pandai bekerja) dan rijalul 'amal tidak sama dengan
rijalul jihad (orang yang optimal dalam bekerja). Kemudian rijalul jihad pun
tidaklah sama dengan rijalul jihad yang muntij (produktif) wal hakim
(bijaksana) yakni orang yang mampu memberikan hasil yang optimal dengan
pengorbanan yang paling kecil"
Beliau juga
mengutarakan, "Sesungguhnya orang yang pandai berbicara itu banyak, tetapi
sedikit di antara mereka yang tetap konsisten ketika bekerja. Dan banyak orang
yang bisa bekerja, tetapi sedikit yang mampu mengemban amanah jihad yang berat
dan mau bekerja keras. Mereka adalah para mujahid dan orang-orang pilihan yang
terkadang mereka salah jalan atau tidak tepat sasaran seandainya mereka tidak
mendapat pertolongan dari Allah."
Dasar-dasar Pembinaan
Kader Dakwah
Pembinaan kader yang
berkualitas haruslah berasaskan empat factor yang sangat penting yakni:
1. Al Fahmu ad
Daqiq (pemahaman yang luas).
Hendaknya setiap kader
dakwah memahami Islam sebagai minhajul hayah dengan pemahaman yang benar (al
fahmu as shahih), pemahaman yang menyeluruh (alfahmu as syamiT) dan pemahaman
yang utuh (alfahmu al kamil).
Syaikh Hasan al Banna
ketika mendefinisikan Islam di dalarn ushul isyrin mengutarakan: Islam adalah
sistem yang menyeluruh dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam adalah
negara dan tanah air, pemerintahan dan umat serta moral dan kekuatan. la juga
sekaligus kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu
pengetahuan dan hukum, kekayaan alam, materi dan kekayaan jihad dan dakwah.
Selain itu ia juga kekuatan pasukan dan pemikiran sebagaimana ia adalah akidah
yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang dann tidak lebih.
Kader dakwah yang
memiliki pemahaman Islam yang benar akan terpelihara dari berbagai penyimpangan
(inhirafat) karena sebab utama berbagai penyimpangan dakwah adalah inhiraf
fikri (penyimpangan fikrah). Penyim-pangan fikrah bersumber dari pemahaman
salah apakah itu pemahaman yang juz'i (parsial) dan keliru. Pemahaman Is-lam
yang benar adalah yang merujuk ke sumber aslinya yakni al Quran dan as Sunnah
serta praktek amali salafus shaleh.
2. Al iman al amiq
(keyakinan yang kuat).
Seorang kader dakwah
harus memiliki keyakinan yang kuat dan tertanam di dalam jiwanya bahwa Islamlah
satu-satunya sistem yang mampu memenuhi kebutuhan manusia dan memberikan
kebahagiaan lahir dan batin serta dunia dan akhirat. Allah telah mengingatkan
rasulullah SAW dan umatnya, "Berpegang teguhlah kamu dengan apa yang telah
Kuwahyukan kepadamu (Al-Islam), sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang
lurus" (Az- Zukhruf:43).
Kader-kader dakwah harus
memiliki keyakinan bahwa hanya dengan Islam sajalah ummat Islam akan mampu
memimpin dunia dan menjadi guru peradaban dunia (ustadziatul 'alam). Dan Allah
SWT memang telah mempersiapkan ummat Islam untuk itu. "Kalian (ummat
Is-lam) adalah ummat terbaik yang dipersiapkan untuk (memimpin) tnanusia,
menyeru kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada
Allah." (QS. 3:110).
Selain itu para kader
juga harus meyakini bahwa Allah senantiasa bersama orang-orang yang membela
agama-Nya. Ia akan selalu membela dan menolong orang-orang yang berjuang di
jalan dakwah dalam upaya menegakkan syariat-Nya di muka bumi.
"Sesungguhnya bumi ini milik Allah diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya dan kemenangan diberikan kepada orang-orang yang
bertaqwa". (QS. Al-'Araf:128). "Dan Allah pasti membela orang yang
menolong-Nya. Dan Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa". (QS. Al Hajj:40).
3. At-Takwin
al-matin (pembinaan yang kokoh)
Kader dakwah dilahirkan
oleh sebuah proses pembinaan yang melingkupi berbagai aspek kehidupan yakni
Shibghah Fikriyah (pembentukan fikrah), Shibghah Ruhiyah (Pembentuk-an mental
spiritual) dan Shibghah Harakiyah (pembentukan harakah). Sehingga kader dakwah
memiliki ketahanan ditiga aspek ini dan mampu melakukan perubahan.
Karena tugas dakwah yang
besar dan berat hanya dapat dipikul oleh para kader dakwah yang kuat pula.
Yakni mereka yang memiliki daya gerak, daya angkat dan daya pikul yang seimbang
(bahkan kalau bisa melebihi) tugas yang diembannya atau beban yang dipikulnya.
Jika seorang kader
dakwah tidak memiliki kekuatan fikrah, ruhiyah dan jismiyah serta harakiyah,
maka ini tidak akan mungkin mampu melakukan perubahan di masyarakatnya.
Tugas besar hanya dapat
dilaksanakan oleh orang besar dan amanah yang berat hanya dapat diemban oleh
orang yang kuat. Maka ummat yang penuh masalah hanya dapat diselamatkan oleh
para kader dakwah yang kokoh dan tangguh.
Jalan dakwah tidak
dihampiri permadani, tidak pula ditaburi bunga melati dan siraman minyak
kasturi. Sebaliknya jalan dakwah dipenuhi duri dan ranjau-ranjau yang setiap
saat dapat meledak, kemudian jalan berliku-liku penuh tikungan maut sementara
jurang-jurang curam menganga. Mengingat kondisi perjalanan dan medan dakwah
yang begitu berat, maka dibutuhkanlah kader-kader dakwah yang tahan bantingan
dan pantang menyerah.
Syaikh Hasan Al Banna
menegaskan "Yang menjadi perhatian utama Ikhwanul Muslimin adalah
Tarbiyatun nufus (mendidik jiwa), Tajdidul arwah (memperbaharui semangat),
taqwiyatul akhlaq (memperkokoh moral) dan Tanmiyatur rajulah as shahihah
(mengembangkan kepahlawanan yang benar).
Hasan Al Banna meyakini
unsur-unsur tersebut adalah asas kebangkitan ummat". Oleh karena itu
persiapkanlah dirimu dengan mantap untuk menjalani tarbiyah yang benar, seleksi
yang ketat dan ujilah dirimu dengan amal yang berat lagi sulit. Dan sapihlah dirimu
dari syahwat, kebiasaan dan tradisi yang tidak baik.
4. Tarbiyah
Mutawashilah (Tarbiyah yang Berkesinambungan)
Proses tarbiyah dalam
Islam tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan keadaaan. Dengan kata lain disebut
sebagai Tarbiyah madal hayah (tarbiyah seumur hidup). Kader dakwah berkualitas
adalah kader yang mengikuti proses tarbiyah secara intensif (tarbiyah
murakazah), konprehensif (mutaka-milah) dan berjenjang (mutadarijah).
Kader dakwah yang
bermasalah dalam proses tarbiyahnya hampir dapat dipastikan berpotensi pula
nieniinbulkan masalah apakah itu masalah pribadi, keluarga, sosial maupun
dakwah dan harakah.
Kegiatan tarbiyah bagi
seorang kader dakwah seyogyanya bukan merupakan kegiatan sampingan atau
aktifitas sekunder yang boleh diabaikan, ditunda atau diganti dengan kegiatan
lain. Sebaliknya aktifitas tarbiyah harus menjadi kegiatan asasi yang harus
diutamakan diatas kegiatan lain termasuk diatas kegiatan dakwah ekspansi atau
jamahiri. Seorang kader dakwah tidak boleh meninggalkan tarbiyah dengan alasan
sedang sibuk dakwah sya'biah (dakwah di masyarakat), mencari maisyah, cuti
tarbiyah karena kuliah atau memang sekedar ingin istirahat saja.
Tarbiyah memang dapat
dilakukan secara mandiri (tarbiyah dzatiyah) atau secara kolektif (jamaiyah).
Namun Tarbiyah dzatiyah tidak akan dapat mengungguli Tarbiyah jamaiyah, karena
sehebat dan sepintar apapun seseorang, ia tidak bisa menilai dirinya sendiri
secara obyektif. Dan syaitan sangat suka pada orang yang menyendiri, infiradhi,
single fighter, termasuk da'i-da'i yang menyempal keluar dari kantung-kantung
tarbiyah (mahadhin ai tarbiyah).
Rasul tidak pernah
terputus dari bimbingan Allah sebagaimana ungkapan beliau: "Adabbani Rabbi
fi ahsani ta'diba." (Rabbku telah mengajariku dengan pengajaran yang baik).
Melalui malaikat Jibril AS, Rasulullah senantiasa ditarbiyah oleh Allah SWT.
Demikian pula para sahabat. Mereka tidak pernah terputus mendapatkan tarbiyah
dari Rasulullah, sekalipun mereka ditugaskan di tempat yang jauh. Mereka biasa
melakukan komunikasi tarbiyah (ittishal tarbawi) ketika akan pergi melaksanakan
tugas dakwah ataupun sesudahnya.
Bila mereka baru saja
pulang dari tugas dakwah, mereka segera menemui Rasulullah lebih dulu sebelum
menemui siapapun. Memang seharusnya seorang kader dakwah harus resah dan
gelisah jika tertinggal atau absen dari kegiatan tarbiyah.
Diantara kesalahan fatal
yang dapat terjadi adalah bila terajadi perluasan dakwah diberbagai lapisan
masyarakat tanpa dibarengi dengan pertumbuhan kader dakwah yang akan menangani
tarbiyah orang-orang yang sudah berhasil direkrut.
Oleh sebab itu tetap
harus ada kader-kader dakwah handal yang memfokuskan diri secara intensif pada
upaya-upaya regenerasi atau penumbuhan kader yang optimal.
Kita memang harus
berhati-hati terhadap kemungkinan penyimpangan harakah dakwah adalah bila kita
hanya memfokuskan diri pada upaya rekrutmen besar-besaran, tetapi mengabaikan
pembinaan Qaidah shalhah (basis kader yang kokoh dan handal). Harakah Islamiyah
tidak boleh disibukan hanya oleh dakwah jamahiriyah (ekspansi keluar) dan
melupakan penataan kedalam serta upaya-upaya mempersiapkan kader yang siap dan
mampu menghadapi tantangan.
Sifat-sifat Kader Dakwah
Syaikh Abdul Qadir
Jailani membuat perumpamaan yang indah bagi seorang mu'min. la mengibaratkan mu'min
yang telah matang proses tarbiyahnya seperti biji kurma yang ditanam di halaman
sebuah rumah dengan pagar tembok mengelilinginya. Biji kurma itu kemudian
merekah dan menghasilkan tunas yang tumbuh subur disirami hujan serta diterangi
sinar matahari. Maka jadilah ia sebuah pohon kurma yang besar, kokoh dan
menjulang tinggi dengan disaksikan oleh orang banyak. Mereka bernaung di atas
atap rumah yang dibuat dari ijuk yang berasal dari pohon itu sambil memunguti
buah matang yang berjatuhan dari pohon itu.
Pohon kurma itu terjaga
dan terpelihara dari tangan-tangan jahat karena ada pagar tembok yang
mengelilinginya. Kehidupan tarbiyah para kader dakwah seperti proses
pertumbuhan pohon kurma tersebut. Masyarakat kemudian membutuhkannya,
mengelilinginya dan merasa aman di dekatnya karena wibawa dan pengaruhnya yang
sangat besar (Ahmad Rasyid, Al-Masar:504).
Kader dakwah yang
berkualitas seperti gambaran di atas memiliki sifat-sifat mulia yang tercermin
pada akhlak, sikap dan perilaku hidupnya sehari-hari. Sifat-sifat itu antara
lain adalah:
1.
Ubudiyah Khalishah Lillah (semangat yang tinggi untuk beribadah kepada
Allah SWT).
Poros dakwah Islam
berputar pada ibadah yang murni kepada Allah SWT, sebagaimana Rasulullah saw
pernah berdialog dengan Muadz bin Jabal: "Wahai Muadz, tahukah kamu apa
hak Allah kepada hambaNya?" Muadz menjawab: "Allah dan RasulNya lebih
mengetahui." Rasulpun bersabda: "Hak Allah pada hambaNya adalah
mereka harus beribadah kepadaNya dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun
."
Jadi salah satu bentuk
tarbiyah seorang kader adalah dengan beribadah kepada Allah SWT. Melaksanakan
ibadah yang fardhu dan memperbanyak yang sunnah. Kemudian sangat takut akan
siksaNya dan bergetar hatinya bila dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur'an.
"Yaitu orang-orang
yang apabila disebut nama Allah, bergetarlah hati mereka dan bila dibacakan
kepada mereka ayat-ayatNya bertambah-tambahlah iman mereka dan mereka selalu
bertawakkal (berserah diri) kepada Rabb mereka." (QS. 8:2).
Kulit tubuh mereka pun
ikut menggigil. "Darinya menggigil kulit orang-orang yang takut kepada
Rabb mereka." Mereka juga menangis di saat mendengarkan bacaaan Al-Qur'an.
"Bila mereka mendengarkan ayat-ayat yang diturunkan kepada Rasul, kamu
lihat mata mereka berlinang air mata karena telah mengetahui kebenaran."
Kader dakwah meyakini
bahwa rahmat Allah menda-hului murkaNya. Rasulullah saw bersabda:
"Seandainya orang kafir mengetahui rahmat atau kasih sayang Allah, niscaya
ia tak akan putus asa dalam mengharap syurganya. Dan seandainya seorang mu'min
mengetahui adzab yang ada di sisi Allah, niscaya ia tidak merasa aman
sedikiipun dari siksaNya." (HR. Bukhari). Seorang kader dakwah selalu
mengharapkan kebaikan bagi dirinya. Bila ia sebagai muslim melihat nilai-nilai
keutamaan ajaran Islam, apalagi ia sadar kondisinya jauh lebih baik dibanding
orang kafir. Hal ini membuatnya senantiasa optimis dan tidak pernah putus asa.
Namun di sisi lain ia pun selalu waspada dan mengingat-ingat kekurangan dirinya
sehingga ia tidak serta merta merasa aman atas keselamatan dirinya dari adzab
Allah. Dengan demikian ia pun akan senantiasa
meningkatkan upaya taqarrubnya kepada Allah
dengan ibadah-ibadah mahdhah
seperti qiamullail, shaum sunnah, tilawatil qur'an, berdzikir dengan
dzikir dan do'a yang ma'tsur dll. Jika bukan kader dakwah yang mengerjakan
ibadah-ibadah ini, maka siapa lagi?. Dan bila
orang-orang umum justru
melakukannya, berarti kualitas
kader dakwah di bawah mereka.
2.
Tajridus sair wal hadaf lillah (mengarahkan perasaan dan tujuannya hanya
untuk Allah)
Seorang kader dakwah
hendaknya hanya berorientasi kepada Allah dan mencari ridha serta surgaNya.
Jalan yang ditempuhnya hanya satu dan tidak bercabang yakni jalan Allah dan
cita-cita yang dimilikinyapun hanya satu yakni tegaknya Islam di muka bumi.
Ciri kader dakwah yang
membela agama Allah adalah selalu merasakan kedekatan dengan Allah. Hatinya
selalu dapat menikmati lezat dan manisnya ketaatan kepada Allah, Rasul dan
Qiyadah harakah. Pada dasarnya hati manusia selalu dipenuhi cinta, hanya saja
cinta tersebut dapat berupa cinta kepada dunia atau cinta kepada Allah. Kedua
jenis cinta yang berbeda yang ada di hati manusia ini seperti air dan udara di
dalam gelas. Bila air dituangkan ke dalam gelas, maka udara yang ada di dalamnya
pasti keluar dan tidak akan pernah bercampur. Oleh sebab itu orang yang dekat
dengan Allah dan sibuk mengingatnya, tidak akan disibukkan dengan hal yang
lain. Bahkan ada seorang ulama ketika ditanya sampai batas zuhudnya akan
berakhir, jawabannya sungguh luar biasa yakni: "llal unsi billah (sampai
dekat benar dengan Allah)".
3.
Rafdhutasallut al jahiliyah
(menolak kekuasaan jahiliyah)
Diantara salah satu
tanda akan tibanya hari kiamat adalah terjadinya penyimpangan yang sangat jauh
seperti telah dijelaskan oleh Rasulullah: "Sesungguhnya akan tiba masanya,
tahun-tahnn penipuan dan kebohongan. Orang yang bohong dianggap benar dan orang
yang benar dianggap bohong. Orang yang khianat diberi amanah, sementara orang
yang jujur dianggap khianat dan orang-orang yang tidak tahu apa-apa berbicara
urusan publik". (HR. Ahmad).
Betapa banyaknya saat
ini orang yang tidak tahu urusan agama berbicara soal agama. Orang yang tidak
mengerti urusan politik berbicara soal politik dan yang tidak paham urusan ekonomipun
bicara soal ekonomi. Kemudian urusan berbangsa dan bernegara diserahkan kepada
orang yang bukan ahlinya.
Semua itu merupakan
bentuk-bentuk kekuasaan jahiliyah dan itu dapat terjadi juga akibat kelalaian
rakyat. Kader dakwah memiliki sifat sangat jelas dalam hal ini yakni menolak
dengan segala bentuk kekuasaan jahiliyah. Kemu-dian menggantinya dengan
program-program, aktifitas-aktifitas serta aksi-aksi perubahan yang nyata.
Kader dakwah juga berusaha menggeser posisi-posisi strategis yang ditem-pati orang
yang bukan ahlinya dengan melalui takivin al wa'yul amm al islamy (pembentukan
publik opini yang Islami).
Kegiatan dakwah yang
dilakukan melingkupi tiga aspek yakni rekruting dakwah (tajmil jamahiry),
kaderisasi (tarbiyah) dan penataan kader (tanzhim). Kader dakwah menyeru
masyarakat dengan seruan pujangga Ar Rofi'i:
"Jangan
kacau--------> di sini ketertiban"
"Jangan
menyimpang--------> di sini jalan yang lurus"
"Jangan
mundur-----> di sini saya menyeru"
Tak ada sesuatupun yang
dapat memperbudak kalian selama teriakanmu: Allahu Akbar (Ar Rofi'i, wahyul
qalam 1/360., Al Masar/516).
4.
Selalu memilih hidup serius ('Aisyul jidd ad-daaib)
Sifat ini dimiliki oleh
kebanyakan para sahabat dan generasi unggul dari kalangan tabi'in serta
generasi penerus seperti Umar bin Abdul Aziz, Ahmad bin Hanbal, para fuqaha,
mujahidin dan du'at yang telah menyerahkan selu-ruh kemampuan diri mereka untuk
mempengaruhi kehidup-an dengan syariat Islam. Mereka berbuat bukan untuk
kepentingan pribadi mereka, sebab itulah mereka mampu menegakkan panji Islam
dan memimpin peradaban dunia. Di dalam shahih Imam Al Bukhari dituturkan bahwa Abdurrahman
bin 'Auf ra. pada suatu hari sedang menghadapi hidangan berbuka puasa, tetapi
tiba-tiba ia herkata: "Mush'ab bin Umair telah terbunuh padahal dia lebih
baik dari saya. Jenazahnya dikafani dengan bajunya, bila ditutupi kepalanya
akan terlihat kedua kakinya dan bila sebaliknya kedua kakinya yang ditutupi
maka akan rtampaklah kepalanya. Hamzah pun telah terbunuh dan dia juga lebih
baik dari saya. Dunia telah dihamparkan untuk kita, saya khawatir bahwa
kebaikan-kebaikan kita telah dipercepat balasannya oleh Allah di dunia.
Kemudian Abdurrahman menangis dan tidak jadi memakan makanan yang sudah
disediakan untuknya.
Tantangan dakwah kini
begitu besar, pertarungan antara haq dan bathil terus berkecamuk dan tidak ada
jalan lain untuk menghadapinya kecuali dengan menghidupkan budaya serius yakni
budaya generasi awal. Imam Malik pernah berkata: "Kondisi generasi akhir
ummat ini tidak akan membaik kecuali dengan mencontoh generasi awal (salafus
shalih).
Sudah menjadi kewajiban
setiap kader dakwah memikir-kan penderitaan ummat siang dan malam serta tidak
ada waktu istirahat baginya kecuali setelah mati. Allah berfirman:
"Ambillah olehmu apa yang telah Kami berikan kepadamu dengan
sungguh-sungguh dan ingatlah olehmu apa-apa yang terdapat di dalamnya agar kamu
bertacjwa." (QS. Al Baqarah:63)
Rasulullah setelah
menerima tugas dakwah dari Allah berkata kepada istrinya: "Khadijah, telah
berakhir masa tidur, wahai Khadijah!"
5-
Tha'atul jama'ah ival qiyadah (mentaati jama'ah dan pemimpin)
Kesiapaan untuk
mendengar dan mentaati aturan meru-Pakan salah satu sifat kader dakwah yang
sangat penting.
Karena tanpa
kedisiplinan dan ketaatan, jama'ah tidak akan mampu berjalan dengan tertib.
Ummatpun tidak akan eksis dan tujuan kehidupan tidak akan tercapai.
Disiplin organisasi
adalah kewajiban setiap kader yang berada di organisasi apa saja, terutama
organisasi dakwah yang bertujuan menegakkan syariat Islam. Karena itu Islam
mewajibkan ketaatan kepada amir (pemimpin). Khalifah Umar bin Khatab ra.
berkata: "Tidak ada Islam tanpa jama'ah, tidak ada jama'ah tanpa imarah
(kepemimpinan) dan tidak ada imarah tanpa taat (disiplin organisasi).
Ketaatan ini harus
diberikan kepada setiap orang yang diberi amanah memimpin urusan kaim muslimin
baik besar atau kecil amanah itu dan siapapun dia. Rasul bersabda: "Dengar
dan taatilah pemimpinmu sekalipun kamu dipimpin oleh budak habsyi, yang
kepalanya menyerupai kismis (berpenampilan buruk dan tidak menarik) (HR.
Muslim).
Ciri-ciri kader yang
taat diantaranya adalah sebagai berikut:
- Taat di saat giat dan malas, di saat susah dan mudah, baik disukai dan tidak. Ubadah bin Samit berkata: "Rasulullah meminta kami untuk berbaiat kepadanya, maka kamipun berbaiat kepadanya untuk selalu mendengar dan mentaatinya disaat giat dan malas, sudah dan mudah." (HR. Bukhari, Muslim)."Seorang muslim wajib mendengar dan taat kepada pimpinan-nya, selama perintahnya tidak ma'siat." (HR. Muslim).
- Sur'atul Istijabah (segera menyambut dan melaksanakan perintah) Kader dakwah merespon perintah qiyadah dengan cepat, tidak lamban, tidak merasa berat, tidak enggan dan ragu.
- Taharrid diqqah (melaksanakan perintah dengan tepat dan akurat) Kader dakwah melaksanakan perintah qiyadah sesuai dengan arahan cjiyadah dan bukannya mengikuti penda-pat dan keinginan pribadinya.
- Tidak meninggalkan tugas tanpa idzin qiyadah dan tidak mudah meminta idzin kecuali dalam keadaan sangat da-rurat. Dan walaupun cjiyadah memberi idzin, ia tetap me-miliki beban moral yang mengharuskannya beristighfar.
f.
Ats tsabat 'alat thariqi dakwah (konsistens di jalan dakwah)
Konsisten di jalan
dakwah merupakan salah satu konsekuensi Iman. Iman bukanlah sekedar kata-kata
yang diucapkan melainkan kewajiban dan tanggung jawab serta jihad yang
membutuhkan kesabaran dan kekuatan. Tidak mungkin seorang kader dakwah
mengatakan kami percaya pada Islam dan dakwah tanpa berhadapan lebih dulu
dengan ujian berhasil lulus melewati ujian itu (Sayid Qutb, Fi Zhilalil Qur'an
5/2720).
Ibnul Qayyim al-Jauziah
berkata: "Tidak ada yang lebih sulit di dunia ini selain tsabat
(konsistensi), baik dalam meninggalkan yang dicintai atau dalam mengatasi
kesulitan, terutama dalam rentang waktu yang panjang dan di saat munculnya gejala
putus asa di kalangan kader dakwah. Kesemuanya itu memerlukan bekal yang cukup
untuk tabah menempuh perjalanan yang panjang. Bekal itu adalah tsabat
(konsistensi) di atas hukum Allah, takdir dan ujianNya. Sehingga kader dakwah
harus membekali diri dengan tsabat dan menempuh jalan dengan tegar disaat-saat
ibtila (sulit).
Konsisten di atas al-Haq
sampai mati adalah sesuatu yang sangat berat, sehingga Rasul sering berdo'a
dengan do'a ini: "Ya Allah yang memutar balikkan hati manusia, teguhkanlah
hatiku di jalan agamaMu."
Sedikit penyimpangan
diawal perjalanan dapat mengaki-batkan peyimpangan total dipenghujung jalan,
tsabat di jalan dakwah dan bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan bagi
dakwah Islam adalah satu kemestian, karena jalan ini adalah jalan yang sangat
panjang dan sulit, penuh dengan tantangan dan rintangan serta dihampiri dengan
darah dan mayat para syuhada.
Agar kader dakwah tetap
konsisten di atas jalan dakwah, maka ada Anashirut Tatsbit (faktor-faktor
pendukung konsistensi) yang perlu diperhatikan yaitu:
- Dawamuluju ilallah (senantiasa kembali kepada Allah). Tidak ada seorangpun dapat menjamin dirinya tetap tsabat, istiqomah dan selamat sampai akhir hayatnya. Tidak ada pula yang mengetahui isi hati seseorang kecuali Allah. Allah yang memiliki hati manusia dan Dia pulalah yang mampu memutar balikkan hati manusia, oleh karena itu taqarrub ilallah menjadi sebuah kenisca-yaan bagi setiap muslim. Semakin dekat seseorang dengan Allah, semakin besar peluangnya untuk menda-patkan rahmatNya dan diantara rahmatNya ialah istiqamah di jalan dakwah.
- Ma'rifatu thabi'atu thariq (mengenal karakter jalan dakwah) Diantara karakter jalan dakwah adalah jalan yang panjang, berat, bertingkat dan banyak rintangan. Setiap kader dakwah harus memperkuat dirinya dengan kesabaran, nafas panjang dan memahami bahwasanya ia mungkin saja meninggal lebih dulu sebelum melihat kemenangan. Yang penting ia mati di jalan Allah.
- Adamu tanazu' (menghindari konflik internal) Terjadinya konflik internal biasanya disebabkan ta'adud cjiyadiyah (dualisme kepemimpinan) dan ta'adud taujihat (banyaknya sumber-sumber arahan) atau bila hawa nafsu yang mengarahkan pendapat dan pemikiran.
Bila manusia tunduk
kepada Allah dan RasulNya maka sebab yang pertama akan dapat dihindari walaupun
banyak perbedaan pendapat. Tetapi jika seseorang memiliki ambisi pribadi (hawa
nafsu) ia akan bersikukuh dengan penda-patnya walaupun sudah jelas kebenaran di
hadapannya. Karena ia telah menempatkan kepentingan pribadi di atas kebenaran.
"Dan janganlah kamu berselisih yang mengakibatkan kegagalan dan kehilangan
wibawa." (QS. Al Anfal:46).
Mengutarakan
karakteristik kader dakwah secara konseptual tidaklah terlalu sulit karena
sudah banyak referensi yang membahasnya, namun yang jauh lebih sulit ada di
tataran operasionalnya. Karena kader dakwah yang berkualitas lagi bermutu masih
tergolong langka dan tidak mudah menemukannya. Namun mencetak dan melahirkan
kader dakwah yang berkualitas dan bermutu bukanlah sesuatu yang mustahil
walaupun memerlukan kesungguhan dan keseriusan yang maksimal. Sesuatu yang
pernah terjadi bukanlah sesuatu yang mustahil terulang kembali (Sayid Qutb,
Hadzaddin).
Kader dakwah yang
diharapkan kehadirannya saat ini adalah kader yang siap dan mampu menghadapi
tantangan dengan segala permasalahannya. Syaikh Hasan AI Banna dalam risalah
"Hal nahnu qaumun amaliyun" menegaskan hal ini, "Saya pertegas
kepada saudara-saudara yang memiliki ghirah Islam bahwa setiap jama'ah Islmiyah
pada saat ini sangat membutuhkan kader yang aktif bekerja ('amil), pemikir
(mufakkir), pemberani (jar'i), dan produktif (muntij). Maka haram hukumnya bagi
kader dakwah jika terlambat memenuhi panggilan dakwah walaupun hanya satu menit
saja. Kader dakwah yang dibutuhkan hari ini berbeda dengan kader dakwah kemarin.
Kader dakwah hari ini harus memiliki wawasan intelektual yang luas
(mutsaqqafun), terampil (mujahhazun), terlatih (mudarrabun) dan kemampuan mengumpulkan
dan menyampaikan data secara akurat dan valid (ihshaiyun) (Imam asy
syahid Hasan al Banna, Risalah Da'watuna).
Kader dakwah yang
dibutuhkan saat ini adalah kader yang memiliki kemampuan memelihara dan
mengembangkan potensi kebaikan yang ada pada dirinya (tarqn/ah tarbawiyah) dan
kemampuan memperluas jaringan dakwah (tausi'ah da'wiyah) sehingga Islam sebagai
sumber peradaban dan kebudayaan serta pedoman hidup dapat menjadi kenyataan.
Amal Islami memerlukan
kesungguhan yang tulus (al azmu as shadiq) sebagaimana telah dicontohkan oleh
Amirul mu'minan Umar bin Khatab yang mengharuskan dirinya untuk tidak istirahat.
Pada suatu hari utusan gubernur Mesir Amru bin Ash yang bernama Mu'awiyah bin
Khudaij datang ke Madinah untuk melaporkan telah dibebaskannya kota
Iskandariyah kepada Amirul mu'minin Umar Ibnul Khatab. Namun ketika sampai di
Madinah di saat tengah hari yang panas terik, sengaja ia singgah terlebih
dahulu ke mesjid dan tidak langsung menemui Umar, karena ia menduga Amirul
mu'minin sedang istirahat siang. Hal itu diketahui Umar, lalu ia memanggulnya.
Kemudian Umar bertanya
kepada Mu'awiyah: "Apa yang ada dipikiranmu ya Mu'awiyah ketika kamu
sengaja singgah lebih dulu ke masjid?".
"Saya mengira
Amirul mu'minin sedang istirahat siang". jawab Mu'awiyah.
"Sangat keliru
dugaanmu itu. Jika aku tidur disiang hari, bararti aku telah menelantarkan
rakyatku, dan jika aku tidur di malam hari bararti aku telah menelantarkan
diriku. Bagaimana mungkin aku istirahat ya Mu'awiyah, sementara ada dua
tanggung jawab besar dipundakku?".
Dan kini mungkinkah
seorang kader dakwah banyak tidur?. Karena jika ia beristirahat di siang hari
berarti ia telah menelantarkan pendukung dakwah dan simpatisan yang rnemerlukan
penanganan kaderisasinya. Dan banyak istirahat di malam hari berarti ia telah
mengabaikan kebutuhan dirinya sendiri untuk berhubungan dengan Allah. Semenjak
mendapat hidayah dari Allah dan tergabung dalam barisan jamaah dakwah,
sesungguhnya seorang kader dakwah telah menyatakan pilihannya. la memilih
kelelahan di jalan dakwah dan menjauhi sikap santai.
0 komentar:
Posting Komentar