بسم الله الرّ حمن الرّ حيم
DHIIQUL UFUQ AW QASHRUN NAZHAR
(SEMPIT WAWASAN ATAU KURANG CERMAT)
I.
PENDAHULUAN
Segala puji hanya milik Allah Rabbuna Tabaraka wa Ta’ala,
kita memuji-Nya, memohon pertolongan serta ampunan hanya kepada-Nya. Kita
memohon perlindung dari segala keburukan diri kita dan dari berbagai kejelekan
amal kita. Karena barangsiapa yang Allah telah kehendaki untuk menerima
hidayah-Nya, niscaya tidak ada satu makhluk pun yang dapat menghalanginya.
Begitupula jika Allah telah sesatkan ia, maka tidak ada yang dapat memberinya
petunjuk. Shalawat teriring salam semoga tetap kita curah-ruahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad Saw, pembawa Risalah terakhir bagi umat akhir jaman.
Kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan itba’ut tabiin serta
kepada seluruh ummatnya yang tetap teguh memegang sunnah-sunnahnya.
Perjalanan dakwah merupakan
perjalanan panjang penuh hambatan, rintangan serta tantangan. Peran seorang
da’i dalam menempuh perjalanan dakwah tersebut diperlukan kebersihan jiwa dan
keistiqamahan dalam meretas jalan panjang dakwah. Karena didalam perjalanannya
tersebut tidak terlepas dari hambatan, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Dhiiqul ufuq aw qashrun nazhar merupakan salah satu penghambat perjalanan dakwah yang timbul dari
dorongan internal seorang aktivis dakwah. Oleh karena itu menjadi sebuah
keniscayaan bagi para pemegang panji dakwah untuk mengetahui ruang lingkup,
faktor penyebab dan dampaknya bagi da’i, serta antisipasi dalam menanggulangi Dhiiqul
ufuq aw qashrun nazhar tersebut. Insya
Allah kami akan membahasnya dalam makalah ini,. Semoga bermanfaat.
II.
PENGERTIAN
Kata
"al-ufuq" merupakan
bentuk mufrad dari kata "al-aafaaq", kata tersebut
bersinonim dengan kata "al-jihaat" dan kata "an-nawaaih", yang berarti
’cakrawala’ atau ‘wawasan’. AllahI berfirman :
“ Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu”(QS.
Fushshilat :53)
Kemudian kata "an-nazhar" mengan dung arti "ta-ammul asysyai bil’ain" atau mengamati sesuatu secara
langsung’.[1]
AllahI
berfirman:
“Maka Apakah
mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan”.(QS: Al Ghaasyiyah
:17)
kata "an-nazhar" juga mengandung pengertian "berupaya
meneliti dengan seksama untuk dapat’
atau ‘menetahui dan melihat sesuatu".[2]
AllahI
berfirman:
“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan
kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah......”.(QS.
Al A'raaf :185)
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan secara
umum arti "dhiiqul ufuq aw qashrun nazhar" adalah
fenomena pelemahan atau pengecilan suatu sudut pikiran dan penelitian. Atau dengan
kata lain "dhiiqul ufuq aw qashrun nazhar" adalah
kelemahan atau kekacauaan pandangan atau
penilaian.
Sedangkan menurut istilah syariat dan da’wah "dhiiqul ufuq aw qashrun nazhar" adalah kelemaham atau kerancuan berfikir yang mengakibatkan sikap membatasi orientasi pemikiran atau penilaian dalam skup yang
sempit. Atau dengan
kata lain kelemahan atau kerancuan
fikitan yang melahirkan penilaian subjektif tanpa suatu pandangan yang jauh,
tanpa menimbang akibat dan dampaknya. AllahI berfirman :
“Maka
Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada.”(QS. Al Hajj :46)
III.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SEMPIT WAWASAN ATAU KURANG CERMAT
1.
Latar
belakang kehidupan.
Karena
kehidupanya yang mapan atau kaya sehingga ia tidak mengenal orang yang di
sekitarnya bahkan tetangganya sendiripun tidak mengenalinya, karena ia selalu
berada di dalam mobilnya dan tidak menyapa orang disekitarnya.
2.
Akibat
berteman dengan orang yang berfikiran sempit atau kurang cermat.
Dengan
berteman bersama orang mereka maka akibatnya kita tertular seperti mereka juga
karena (شؤالخق يعد)perbuatan jelek itu pasti menular.
3.
Uzlah
atau menyendiri.
Uzlah
disini untuk mereka yang ingin meiuaskan wawasan, karena uzlah sendiri dibagi
menjadi dua macam yaitu: uzlah yang terpuji untuk menjauhkan diri dari
keburukan dan uzlah tercela yang
karenanya manusia menjadi tidak berteman dengan orang baik.[3] Maka uzlah baginya tidak perlu karena denganya dia
tidak bisa mengembangkan wawasan.
4.
Kurang
memahami peran serta misi manusia di
bumi ini.
Memahami
misi manusia ini perlu karena dunia sekarang sudah di kuasai oleh manusia atau
masyarakat karena dengan memahami peran dan misi manusia kita bisa mengetahui
seluk beluk mereka dan bisa dengan mudah untuk mengembangkan wawasan dan
kecermatan kita
5.
Akibat
tidak memahami hakikat serta kandungan syareat islam.
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam,
Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”(QS. Ali Imran: 85)
Sayikh Abdul Wahab Rahimahullah telah mendefinisikan islam
dengan istislam, yaitu penyerahan diri hanya untuk Allah SWT dengan
penuh rasa hina dan tunduk dengan mengesaka-Nya secara penuh, dalam artian
menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan ibadah[4]
Dengan mengerti islam secara kafah maka
kita bisa selamat dunia akherat tapi bagai mana mungkin kita bisa mengembangkan
wawasan kalau saja sysriat islam tidak diketahui apalagi dengan hal-hal yang
lebih mendalam tentang islam nantinya.
6.
Tidak
memahami realitas musuh-musuh islam dan metode yang mereka tempuh.
Apabila
kita tidak paham dengan musuh-musuh islam yang ada di sekitar kita saja maka
kita tidak mungkin tau apa yang akan mereka lakukan untuk menghancurkan islam.
Tetapi apa bila kita tahu apa yang mereka
misikan maka kita bisa membuka wawasan kita untuk berfikir bagaimana cara
untuk membatalkan misi mereka
7.
Akibat
sikap ujub, ghurur dan takabbur.
Akibat
adanya sikap ini semua maka tidak terciptanya hidup berjama’ah sebagaimana
sabda Rasulullah SAW:
ادا رايت شحا مطا عاً وهوًى متَيعاً ودنيا مؤ ثرةً واعخاب كل دي رأي برأيه
فعليك نفسك
“apabila kamu melihat kekikiran yang diperturunkan, hawa nafsu yang di
umbar, dunia yang diutamakan, dan ketakjupan setiap orang yang punya pendapat
terhadap pendapatnya maka selamatkanlah dirimu”[5]
Ini semua adalah penyakit dan harus di musnaahkan dalam dirikika karana dengan adanya ini kita tidak bisa
berjam’ah sedangkan Nabi SAW selalu menganjurkan untuk hidup berjama’ah,
bersatu dan tolong menolng dalam kebaikan. Dari sini kita mengetahui bahaya ‘ujub’,
ghurur, dan takabbur bagi kehidupan dunia umumnya dan kehidupan
akherat secara khususnya.
8.
Lalai
terhadap dampak buruk akibat sempitnya wawasan atau kurang cermat.
Tidak peka terhadap bahaya yang akan menimpanya karana sempitnya wawasan
atau kurang cermat, yang mana dampaknya sangatlah bahaya.
9.
Kebodohan
tentang kisah dan kasus yang pernah
terjadi.
Dia lupa
atau bahkan melupakan kisah dan kasus yang telah terjadi sehingganya ia tidak
bisa mengungkapnya kembali apabila ditanyakanya.
10. Lemahnya
hubungan dengan Allah
Tidak mau beribadah dan melupakan
Allah serta selalu bermaksiat kepadan-Nya, apabila kita bisa mengingat Allah
atau beribadah maka Allah akan selalu menjaga kita dan kita akan di permudah
dalam kehidupan kita.
IV.
FENOMENA SEMPIT WAWASAN ATU KURANG CERMAT
1.
mereka
bersikap apriori ( antipati ) terhadap metode dakwah yang dianut oleh harakah
islamiyah saat ini dan memvonis bahwa manhaj yang di tempuh itu kuno tidak
relevan dengan kondisi saat ini.
2.
dalam
melakukan aktivitas dakwah mereka hanya mengkonsentasikan diri pada bidang-bidang yang sangat terbatas,
seperti : membangun masjid, mengarang buku, membaca dan menelaah kitab-kitab
fikih, dll.
3.
mereka
bersikap keras kepala dan reaksioner ketika mengahdapi orang-orang yang
kebetulan bebrbeda pendapat dengannya dalam melaksanakan amaliyah-amaliyah
sunnah atau sampingan lainnya.
4.
mereka
selalu bertindak isti'jaal atau tergesa- gesa dalam melihat hasil atau memetik
hasil sebelum waktunya.
V.
DAMPAK
BURUK AKIBAT SEMPIT WAWASAN ATAU KURANG CERMAT
1.
Terhadap
Pribadi Aktivis.
a.
Usahanya akan sia-sia.
Karena ia melakukanya bukan karena Allah
hanya karena idenya sendiri dan hawanafsunya sendiri.
b.
Putus asa dan frustasi.
Setelah tidak berhasil akhirnya ia akan putus asa atas pakerjaanya
dan akhirnya akan menjadikan frustasai karena ia melakukanya tidak berdasarkan
Al Quran dan sunah Rasulullah SAW.
c.
Tidak mendapat dukungan
masyarakat.
Bagimana mungkin ia mendapat dukungan kalau
saja dia tidak mau bermasyarakat bahkan dengan tetangga sendiripun tidak
mengenalinya.
d.
Terhalang dari pertolongan
Allah.
Karena Allah SWT telah berfirman:
“Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dan barangsiapa mengambil Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah[6]
Itulah yang pasti menang.”(QS. Al Ma’idah: 55-56)
2.
Terhadap
Amal Islami.
a.
Pelecehan.
b.
Penyitaan
dan pembubaran.
c.
Amal
islami akan mudah dilumpuhkan.
VI.
Kiat
Dan Cara Mengatasinya
1.
sejak
kecil dibiasakan memikul tanggung jawab agar berpengalaman, mampu,
mengembangkan bakat dan potensi pandai, sehingga ketika dewasa ia menjadi orang
yang berpikiran luas dan berfikirang jauh.
2.
menjauhkan
diri dari orang-orang yang sempit wawasannya dan picik pandangannya.
3.
memahami
secara mendalam risalah yang dibebankan atas manusia dan perannya sebagai
pengemban risalah tersebut.
4.
memahami
secara mendalam hakikat dan kandungan agama islam, langkah-langkah \yang harus
ditempuhnya, serta bmengokohkan kekuasaannya dimuka bumi.
5.
memahami
sepenuhnya situasi dan kondisi musuh-musuh islam dan metode yang mereka tempuh
dalam menjalankan tipu daya mereka.
6.
mempelajari
dan mengikuti sirah Rasulullah, dan berusaha meneladaninya.
7.
mempererat
hubungan dengan Allah dengan meninggalkan segala kemaksiatan dan dosa, baik
yang besar maupun yang kecil.
senantiasa mengkaji pengalaman-pengalaman dan keahlian-keahlian
orang-orang terdahulu.
VII.
KESIMPULAN
Tidak mudah untuk menjadikan luwasnya wawasan dan mencermatkan pikiran kita
apabila tanpa dilandasi Al Quran dan Sunah Rasulullah SAW dan selalu berjama’ah
dalam setiap hal Karen manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa berjama’ah
“
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
VIII.
REFRENSI
Nuh, Sayyid Muhammad, Afat ‘ala ath-Thariq, Mesir: Darul
Wafa, 1995
----------------------------,
Penyebab Gagalnya Dakwah, (terj) Nur Aulia, Jakarta: Gema Insani Press,
2000
Karzon,
Anas Ahmad, Tazkiyatun Nafs, (terj) H. Emiel Threeska, Jakarta: Akbar
Media, 2010
Ibrahim Bin Shalih Bin Ahmad Al-Kuraishi, Hal-Hal Yang Wajib
Diketahui Setiap Muslim, (Terj), Abdul Ghoffar, Jakarta: Pustaka Imam
Syafi’i, 2007
0 komentar:
Posting Komentar